Wednesday, September 15, 2010

Benarkah Ponsel Anda Lebih Kotor dari Toilet

Priyo Sutikno 07 September 2010
Apakah benar bakteri yang ada di ponsel lebih banyak dari bakteri di alat penyiram toilet?
Telepon seluler sudah menjadi sahabat paling dekat sejak kemunculannya. Tetapi, Anda mungkin tak lagi menjadi 'penggemar berat' ponsel Anda begitu menyimak temuan terbaru para ilmuwan Inggris.

Sebuah studi terbaru menemukan, rata-rata ponsel menyimpan kuman 18 kali lebih banyak daripada pegangan alat penyiram (flush) toilet.

Peneliti Inggris mengungkap seperempat ponsel sangat kotor dan mengandung 10 kali lipat jumlah bakteri yang dapat diterima. Tingginya tingkat bakteri dalam ponsel menunjukkan miskinnya kebersihan pemicu kuman penyakit.

Satu dari empat ponsel terbukti mengandung jumlah bakteri yang sangat tinggi, mencapai 170 kali dari batas normal hingga bisa menyebabkan gangguan perut serius bagi pemiliknya. Bakteri membahayakan yang ada dalam ponsel diantaranya Salmonella, bakteri feses E.coli, bakteri keracunan makanan dan Stafilokokus aureus.

Temuan berdasarkan 30 sampel ponsel yang menunjukkan 14,7 juta dari 63 juta pengguna ponsel di Inggris. "Tingkat bakteri yang berpotensi sangat membahayakan ada pada satu dari empat ponsel. Ponsel perlu disterilkan," ungkap peneliti utama Jim Francis seperti dikutip Daily Mail.

"Sebagian besar bakteri dari ponsel tidak berbahaya. Tapi, bakteri berkembang biak dan ditransfer bolak-balik dari tangan ke ponsel hingga menyebabkan penyakit," katanya.

Melihat aplikasi ponsel berulang-ulang seperti foto secara bergantian dengan orang adalah salah satu penyebaran kuman. Temuan sebelumnya mengungkap komputer desktop juga menyimpan kuman lebih tinggi daripada toilet. Untuk membersihkan ponsel dan menghilangkan kuman, seka ponsel menggunakan lap halus yang dibasahi alkohol secara teratur.
Selengkapnya...

Bahaya Menahan Buang Air Kecil

Priyo Sutikno 07 September 2010
Jangan membiasakan kebiasaan menahan buang air kecil.
Apakah Anda sering menahan buang air kecil? Malas beranjak dari tempat duduk, atau toilet umum yang jorok menjadi alasan umum menahannya.

Jangan membiasakan kebiasaan menahan buang air kecil. Bukan hanya ancaman menderita batu ginjal, tapi juga meningkatkan risiko penyakit infeksi saluran kemih.

Suzanne Merrill-Nach, dokter ahli kebidanan di San Diego, memeringatkan bahaya itu. "Buang air kecil akan membersihkan kandung kemih dari bakteri yang berkembang biak di urin," katanya seperti dikutip dari laman Cosmopolitan.

Artinya, mengabaikan hasrat buang air kecil ke toilet akan menyuburkan perkembangbiakan bakteri di dalam kandung kemih. Inilah yang potensial menimbulkan infeksi saluran kemih.

Menahan buang air kecil juga tidak boleh dilakukan menjelang berhubungan seksual. "Ketika kandung kemih penuh, saluran uretra lebih terbuka sehingga memudahkan masuknya bakteri dari organ intim. Ketika bakteri masuk, terjadilah infeksi saluran kemih," ujarnya.

Menahan buang air kecil juga mengakibatkan gangguan pompa kandung kemih. Itulah usai menahannya, urin tak bisa tuntas dikeluarkan. Orang menyebutnya anyang-anyangan. Jangan sepelekan kondisi ini, karena sisa urin yang sulit keluar juga potensial memicu infeksi saluran kemih.

Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan ginjal. Cairan berupa bahan terlarut sisa metabolisme seperti urea, garam terlarut, dan materi organik, ini akan dikeluarkan tubuh melalui proses saluran kemih. Menahannya keluar akan membuat 'sampah' terlarut itu mengendap dan mengganggu fungsi kandung kemih dan ginjal.
Selengkapnya...

Delapan Tanda Gejala Kanker

Priyo Sutikno 15 September 2010
Kanker sulit dideteksi karena ada lebih dari 200 jenis yang berbeda.
Sebuah tim ilmuwan mengatakan mereka telah mengidentifikasi tanda-tanda peringatan awal munculnya kanker yang dapat membantu untuk mendeteksi keberadaan penyakit itu sebelum terlanjur menyebar.

Peneliti dari Inggris, seperti dikutip Telegraph, mengatakan ada delapan gejala dianggap akurat dapat memprediksi risiko kanker berbagai kelompok usia. Mereka menyatakantemuan yang telah dipublikasikan dalam British Journal of General Practice itu harus segera diperiksakan ke dokter spesialis kanker, terkecuali ada penjelasan lain yang menyebabkannya.

"Jika orang menyadari bahwa ini adalah hal-hal yang membahayakan, jangan disepelekan,” kata Dr. Gregory Cooper dari Irlandia Cancer Center di University Hospitals Case Medical Center. "Selalu periksakan diri, karena kanker dapar dideteksi sebelum menyebar terlalu jauh.” Keberhasilan untuk mendeteksi kanker secara dini dapat meningkatkan peluang untuk bertahan hidup secara amat signifikan.

Berikut delapan gejala kanker yang diidentifikasi oleh Mark Shapley dan teman-teman penelitinya dari Universitas Keele:

1. Benjolan payudara (mungkin gejala kanker payudara)

2. Pendarahan rektum (menunjukkan kanker usus besar, terutama pada orang tua)

3. Darah di air seni (tanda kanker yang terkait urologi)

4. Batuk darah (mungkin gejala kanker paru-paru)

5. Kesulitan menelan (gejala dari kanker esofagus)

6. Anemia dan kekurangan zat besi (tanda kemungkinan kanker usus)

7. Pendarahan setelah menopause (kemungkinan gejala kanker organ reproduksi wanita)

8. Hasil uji rektal yang menunjukkan tanda-tanda sel kanker (gejala potensi kanker prostat)

"Penting untuk segera mengenali gejala 'red-flag' ini gejalanya sebagai peringatan agar Anda waspada. Dan segera periksakan diri lebih terperinci ke rumah sakit untuk memastikannya,” kata Amanda Howe dari U.K.'s Royal College.

Cooper sendiri pernah membuat sebuah daftar dari berbagai gejala kanker. Tapi simtom-simtom yang diidentifikasinya itu sedikit berbeda dengan kesimpulan Shapley. Cooper lebih memfokuskannya pada gejala kanker umum dan pertanda kanker yang belum pernah dideteksi (seperti anemia) dan tanda-tanda peringatan umum tentang berbagai jenis kanker, seperti melorotnya berat badan tanpa sebab dan hilangnya nafsu makan secara tiba-tiba.

"Penting bagi dunia penelitian kanker untuk mengenali dan mengecek gejala dan tanda-tanda 'red-flag' ini dan makin menekankan pentingnya pasian untuk mendiskusikan berbagai simtom dengan dokter mereka," kata Amanda Howe, Sekretaris Kehormatan Royal College of General Practioners, Inggris, kepada Telegraph.

Shapley menyatakan mereka menyimpulkan delapan gejala terpenting kanker ini setelah menganalisis 25 studi dari Inggris, AS, Australia, Jerman, Denmark, Belgia, dan Belanda.

Dr. Kevin Barraclough, dokter umum di Inggris, menulis dalam editorial yang dipublikasikan bersama hasil studi itu bahwa sejumlah simtom akan jadi pertanda adanya kanker pada kelompok umur dan jenis kelamin tertentu ketimbang yang lain. Anemia, sebagai contoh, boleh jadi bukan merupakan pertanda kanker usus pada perempuan 21 tahun tapi adalah gejala penting bagi pria berumur 60 tahun.

Menurut Jessica Harris, Humas Pusat Penelitian Kanker di Inggris, kanker biasanya sulit dideteksi karena ada lebih dari 200 jenis dan masing-masing akan menghasilkan gejala yang beragam.

"Studi seperti ini membantu dokter memahami seperti apa simtom yang mengarah pada adanya kanker, dan menolong mereka memutuskan untuk merujuk pasien mereka untuk didiagnosis lebih lanjut oleh dokter spesialis," katanya seperti dikutip Telegraph."Jadi, jika Anda menemui ada sesuatu yang tidak biasa atau perubahan terus-menerus di tubuh Anda, penting untuk segera mengeceknya ke dokter."
Selengkapnya...

Segarkan Otak dengan Berjalan Kaki

Priyo Sutikno 15 September 2010
Berjalan ternyata bisa menjadi anti aging untuk otak.
Melakukan aktivitas olah raga secara rutin memang bisa menjaga kebugaran tubuh. Tak perlu yang terlalu berat, dengan berjalan kaki pun, tubuh juga bisa bugar. Dan ternyata ada manfaat lainnya.

Keuntungan lain dari berjalan kaki, bisa menyegarkan otak.
Seperti dikutip dari laman Shine, sebuah studi baru dalam Frontiers jurnal Aging Neuroscience menunjukkan bahwa berjalan selama empat puluh menit, tiga kali seminggu ternyata dapat meningkatkan konektivitas antara sirkuit otak yang cenderung terkikis akibat penambahan usia.

Dr Arthur F. Kramer, yang memimpin penelitian ini menjelaskan: "Pola konektivitas terjadi penurunan seiring bertambahnya usia. Jaringan yang tidak terhubung dengan baik untuk mendukung hal yang kita lakukan, seperti mengemudi," katanya. "Tapi kami menemukan manfaat yang sama dari aktivitas fitness aerobik, jaringan menjadi lebih jelas," ucapnya.

Berjalan bisa menjadi anti aging untuk otak, memutar kembali waktu beberapa dekade. "Ketika orang-orang tua dalam kelompok berjalan menjadi lebih cocok, koherensi antar wilayah yang berbeda dalam jaringan meningkat dan menjadi sama dengan anak-anak berusia 20 tahun," jelas Kramer.

Kramer memberitahu Science Daily, bahwa ketika studi sebelumnya telah menunjukkan efek olahraga pada otak, penelitian ini menunjukkan bahwa latihan aerobik juga dapat meningkatkan fungsi otak.

Lebih jauh lagi, bukan hanya konektivitas otak yang diuntungkan: "Kelompok aerobik juga membaik ingatannya secara perlahan, perhatian dan berbagai proses kognitif lainnya," ungkapnya lagi.

Untuk jenis kreatif, penulis Julia Cameron telah lama berjalan direkomendasikan sebagai cara untuk memberikan dorongan kreativitas Anda.

Berjalan menyusuri taman memberikan otak kita kesempatan untuk mengambil pandangan yang lebih luas, daripada berfokus pada tugas tunggal, memungkinkan kita untuk datang dengan ide-ide besar dan membuat otak lebih segar.
Selengkapnya...

Deteksi Penyakit Jantung Lewat Rambut

Priyo Sutikno 15 September 2010
Rambut bisa menjadi penanda biologis adanya stres kronis pemicu serangan jantung.
Jangan remehkan kondisi rambut. Studi University of Western Ontario, Kanada, mengungkap bahwa rambut bisa menjadi menjadi indikator adanya gangguan kesehatan jantung.

Seperti dikutip dari laman Times of India, setiap helai rambung mengandung hormon stres yang disebut kortisol. Hormon ini biasanya dilepas tubuh saat mengalami stres atau reaksi psikologis dan fisiologis atas perubahan situasi yang tidak dapat diterimanya.

Kadar kortisol juga terkandung dalam urin dan air liur. Namun, kortisol di dalam rambut dianggap lebih efektif untuk memetakan kondisi jantung karena sifatnya lebih terukur. Logikanya, pertumbuhan rambut relatif stabil yakini sekitar satu sentimeter setiap bulan.

Itu penting karena memungkinkan melihat tingkat stres dalam periode yang lebih lama. Memeriksa enam sentimeter rambut berarti bisa mengukur tingkat stres selama enam bulan. Sementara pemeriksaan kortisol dalam air liur atau urin cenderung hanya memperlihatkan tingkat stres sesaat.

Penelitian dilakukan dengan memeriksa sampel rambut 56 penderita serangan jantung di Meir Medical Centre di Kfar-Saba, Israel. Hasil itu dibandingkan dengan sampel rambut sejumlah orang yang tak memiliki masalah kesehatan jantung. Hasilnya, sampel rambut penderita penyakit jantung mengantung kadar kortisol sangat tinggi.

Penulis studi Stan Van Uum dan Gideon Koren mengatakan, kadar kortisol di rambut dapat menjadi prediktor kuat akan terjadinya serangan jantung. "Ini bisa menjadi penanda biologis adanya stres kronis pemicu serangan jantung. Menjadi penting karena langkah pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin sebelum serangan terjadi."
Selengkapnya...

Tuesday, September 14, 2010

Sehatkah Diet Tidak Makan Nasi

Priyo Sutikno 07 September jam 3:36
Banyak orang menjalani diet dengan aturannya sendiri tanpa pengetahuan yang baik.
Memiliki tubuh langsing ideal adalah dambaan banyak orang. Demi meraihnya, tak jarang mereka rela 'menderita' dengan melakukan diet makanan secara ketat. Hal paling sering dilakukan adalah menghindari santapan nasi. Sehat dan efektifkah cara ini?
Banyak orang menjalani diet dengan aturannya sendiri tanpa pengetahuan yang baik. Seringkali mereka yang sengaja tidak makan nasi demi langsing, melakukan diet tidak seimbang.

Umumnya, mereka berhenti makan nasi (mengurangi arupan karbohidrat kompleks), namun tetap menyantap makanan instan, yang umumnya mengandung lemak tinggi. Tanpa disadari, mereka memasukkan kalori dalam jumlah tinggi, yang malah berpotensi meningkatkan berat badan.

Ketimbang terus menerus merasa lapar dengan menghindari karbohidrat, lebih baik konsumsi menu normal (nasi, lauk pauk dan sayuran) dalam porsi kecil atau secukupnya.

Jangan hanya makan lauk untuk makan siang, sebab tubuh Anda akan cepat lapar karena konsumsi karbohidrat yang rendah. Padahal, di siang hari tubuh paling banyak membutuhkan energi. Nah, karena tidak ada energi, otomatis akan merasa cepat lapar.

Berkurangnya asupan karbohidrat, dan justru mengonsumsi protein berlebihan, bisa merugikan kesehatan. Bila berlangsung lama, bisa berujung pada gangguan ginjal dan lever. Jadi, sebaiknya karbohidrat jangan dihindari, melainkan dibatasi secukupnya.

Jika bosan menyantap nasi, bisa menggantinya dengan makanan karbohidrat lain, seperti roti, pasta, kentang atau jagung. Jangan pernah terobsesi langsing dengan pola diet salah dan menyiksa tubuh!
Selengkapnya...

Seberapa Besar Risiko Anda Terserang Diabetes?

Priyo Sutikno 07 September jam 3:44
Sering stres atau hobi makan junk food? Kenali tingkat risiko terserang penyakit ini.
Selama ini, banyak orang beranggapan, diabetes adalah sepenuhnya penyakit keturunan, yang umumnya dialami oleh orang-orang berusia lanjut. Padahal, selain karena faktor keturunan, penyakit yang juga biasa disebut 'kencing manis' atau 'penyakit gula' ini, dapat pula menyerang orang yang sama sekali tak punya silsilah diabetes dalam keluarganya.

Menurut Frank Hu, profesor dari Harvard Schoolof Public Health diabetes melitus adalah suatu penyakit yang timbul ketika tubuh tidak bisa lagi secara otomatis mengendalikan tingkat gula dalam darah (glukosa).

Penyakit ini merupakan gangguan metabolisme, akibat pankreas tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah cukup, atau tubuh tak mampu menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah kelebihan gula di dalam darah. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) ini akan menjadi racun bagi tubuh.

“Selain faktor genetik serta pertambahan usia, obesitas akibat gaya hidup tak sehat adalah salah satu pemicu utama timbulnya diabetes,” ujar Prof Hu.

Yang menakutkan, penelitian yang dilakukan PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) menunjukkan, dengan tinggi dan berat badan sama, wanita Asia lebih berisiko mengidap diabetes dibandingkan wanita yang tinggal benua lainnya.

Menurut dugaan, penyebabnya karena mereka telah meninggalkan pola makan dan gaya hidup tradisional, dan menggantinya dengan gaya hidup yang tidak sehat. Misalnya, pola makan yang serampangan dan porsi olahraga yang semakin minim. Perubahan gaya hidup seperti ini bisa memicu semacam dampak biologis yang dapat mengganggu proses pengolahan gula darah, yang pada akhirnya berakibat diabetes.

Jika satu atau lebih dari empat kasus di bawah ini adalah kebiasaan Anda, tampaknya Anda perlu mengubah gaya hidup sehari-hari. Kenali tingkat risiko Anda terserang penyakit ini.

1. Pola makan salah
Tingkat risiko: Tinggi

Untuk mencegah diabetes, pencegahan terbaik adalah dengan cara memperbaiki atau mengatur kembali pola makan. Kurangi asupan karbohidrat (berbagai jenis gula, tepung, nasi, kentang, ubi, singkong, dan lain sebagainya) dan makanan berlemak (daging berlemak, kuning telur, keju, gorengan, susu tinggi lemak). Perbanyak konsumsi sayur dan buah sebagai sumber serat, vitamin, dan mineral. Sebagai sumber protein, Anda dapat memanfaatkan ikan, ayam (terutama bagian dada), tahu, dan tempe dalam menu sehari-hari. Selain itu, batasi konsumsi minuman ringan (soft drink) dan hindari minuman alkohol, karena mengandung kadar gula tinggi.

Tapi hati-hati, selain obesitas, ternyata kekurangan asupan gizi pada tubuh pun bisa meningkatkan risiko diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas. Akibatnya, akan timbul gangguan terhadap produksi insulin maupun gangguan terhadap sensor insulin pada tubuh.

2. Stres
Tingkat risiko: Tinggi

Bila Anda kerap diliputi stres, tingkat gula darah Anda bisa naik secara drastis. Tingkat gula darah tergantung pada kegiatan hormon yang dikeluarkan kelenjar adrenal, yaitu adrenalin dan kortikosteroid. Kedua hormon ini mengatur kebutuhan energi tubuh dalam menghadapi keadaan stres. Adrenalin yang dipacu terus-menerus akan mengakibatkan insulin kewalahan mengatur kadar gula darah yang ideal. Akibatnya, kadar gula darah akan naik secara drastis.

3. Malas berolahraga
Tingkat risiko: Medium

Jika tak ingin diabetes mengancam Anda, sebaiknya mulailah berolahraga dengan teratur dan porsi yang cukup. Pasalnya, olahraga teratur berfungsi memacu aktivitas produksi insulin, serta membuat kerja insulin lebih efisien, sehingga memperlancar pengangkutan glukosa. Jadi, selain membakar lemak dan karbohidrat, olahraga dapat meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh, sehingga kadar gula dalam darah terkontrol dengan baik.

Olahraga yang ideal adalah yang bersifat aerobik, seperti jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Lakukan olahraga aerobik ini paling tidak selama 30-40 menit.

4. Merokok
Tingkat Risiko: Medium

Secara tidak langsung, kandungan racun yang terdapat dalam rokok, lama kelamaan bisa merusak sel-sel pada pankreas. Jika tubuh terus menerus mengisap asap rokok dan racun nikotin, pankreas akan rusak, sehingga kerja insulin terganggu, dan akhirnya bisa memicu timbulnya diabetes.
Selengkapnya...