Monday, August 23, 2010

Jangan Anggap Remeh Stres

TERNYATA tidak hanya penyakit fisik saja yang menjadi pemicu timbulnya penyakit jantung, namun penyakit yang berhubungan dengan psikis menjadi satu faktor penyebabnya, yaitu depresi. Diketahui bahwa stres akan membuat pembuluh darah menyempit, tekanan darah meningkat, dan kadar kolesterol meningkat.

Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang membahayakan jiwa. Orang yang mudah stres dua kali lipat lebih mudah terkena penyakit jantung. Dikatakan oleh ahli kejiwaan dari Rumah Sakit Internasional Omni Alam Sutera Tangerang, dr Andri SpKJ, pasien dengan riwayat depresi yang sering muncul mempunyai peningkatan rata-rata risiko kematian 4 sampai 5 kali setelah infark miokardium daripada yang tidak depresi. Depresi setelah infark miokard berhubungan dengan timbulnya infark kembali dan kematian.


Ketika semua faktor pemicu penyakit jantung bisa terkontrol, ternyata masih ada faktor lain yang bisa membuat jantung meradang. Faktor itu adalah depresi. Depresi ini pun merupakan faktor risiko yang tersendiri (independen) yang memicu munculnya penyakit jantung koroner pada pria dan wanita. ”Depresi dapat menyebabkan kematian tiba-tiba lewat kerja pada saraf vagus, yang berhubungan dengan detak jantung,” tuturnya.

Andri menjelaskan, depresi menyebabkan penurunan suatu zat dalam tubuh yang dinamakan serotonin. Penurunan kadar serotonin ini berhubungan dengan perubahan perlengketan platelet. Hal ini membuat orang yang depresi mempunyai kecenderungan plateletnya lengket di pembuluh darah (jantung).

Melihat hubungan yang sangat erat antara faktor psikologis dan penyakit jantung, maka jangan segan-segan untuk berkonsultasi dengan psikiater bidang psikosomatik yang banyak berhubungan dengan kasus-kasus demikian. ”Dengan penanganan stres dan depresi pada pasien jantung yang tepat, maka penanganan penyakit jantung pun akan semakin baik dan kualitas hidup pasien akan semakin meningkat,” sarannya.

Hubungan antara stres dan jantung juga pernah diungkap oleh ahli epidemiologi dari University College London, Tarani Chandola. Dalam penelitian yang melibatkan 10.000 responden itu terungkap bahwa stres memiliki peran lebih banyak terkait dengan perubahan biologis dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.

”Ini kali pertama penelitian yang melibatkan responden dalam jumlah besar tentang pengukuran efek stres terkait pekerjaan sehari-hari yang mengakibatkan penyakit jantung. Salah satu masalahnya adalah orang yang hidup skeptis dalam tekanan pekerjaan memengaruhi orang itu secara biologis,” ujar Tarani.

Stres bisa membuat kekacauan sistem internal tubuh yang berujung terganggunya kinerja jantung. Terganggunya kinerja jantung akan menyebabkan penumpukan dan menutup darah di saluran arteri, tekanan darah tinggi, dan menghancurkan sistem darah.

0 comments:

Post a Comment